Apa saja sih masalah yang sering terjadi pada Honda Brio? Untuk kamu yang berencana memboyong mobil mungil ini ke rumah, tentu harus paham dulu masalah-masalah apa yang umum terjadi pada Honda Brio agar nantinya kamu tak menyesal.
Honda Brio merupakan compact car yang masuk dalam kelas LCGC atau Low Cost Green Car, yaitu mobil yang harganya ekonomis dan ramah lingkungan.
Inilah salah satu alasan mengapa Honda Brio juga dibekali dengan fitur yang cukup terbatas, yaitu untuk menekan biaya produksi agar dapat dilepas di pasaran dengan harga yang lebih terjangkau.
Honda Brio sendiri merupakan salah satu mobil LCGC yang punya banyak peminat, baik untuk mobil baru maupun bekasnya. Harga mobil bekasnya pun terbilang cukup stabil dibanding mobil LCGC lainnya.
Namun sebelum membeli Honda Brio, ada beberapa hal yang perlu kamu pahami salah satunya masalah yang sering terjadi pada Honda Brio. Untuk lebih jelasnya, yuk simak ulasan berikut.
Masalah yang sering terjadi pada Honda Brio
Sebelum membeli mobil tentu kamu harus tahu dulu masalah apa yang biasanya sering dialami mobil tersebut.
Berikut adalah beberapa masalah yang sering terjadi pada Honda Brio yang patut kamu waspadai.
1. Masalah kaki-kaki mobil
Salah satu penyakit atau masalah yang paling sering dijumpai di Honda Brio adalah masalah pada kaki-kaki mobil khususnya pada bushing arm dan karet support.
Salah satu gejala bushing arm adalah ketika dikendarai mobil akan terasa oleng dan muncul suara yang cukup berisik. Ini dikarenakan adanya karet bushing yang sobek.
Bisa juga muncul suara gluduk-gluduk terutama saat melewati jalanan yang tidak rata, ini adalah efek dari ausnya karet support.
Suara gluduk-gluduk ini berasal dari sokbreker, karena karet support ini sendiri berfungsi untuk bantalan atas sokbreker.
2. Kabin yang berisik
Bagi sebagian orang yang suka dengan kenyamanan tentu masalah kabin yang berisik bisa sangat mengganggu.
Beberapa alasan mengapa ruang kabin Honda Brio berisik adalah karena pemasangan panel yang kurang rapat atau terdapat celah seperti misalnya pada bagian dasbor, panel penutup airbag, dan juga pada bagian pilar A Honda Brio.
3. Peredam kabin yang kurang maksimal
Selain berasal dari celah panel di dalam ruang kabin, suara berisik di Honda Brio juga disebabkan oleh peredaman kabin yang kurang maksimal. Ini tak lepas dari faktor mobil LCGC, dimana penekanan biaya produksi juga berpengaruh pada kualitas mobil.
Suara berisik dari luar mobil ini berasal dari suara mesin mobil dan juga gesekan ban mobil dengan aspal, dan biasanya masuk melalui celah pintu dan body mobil.
4. Bunyi mesin mobil
Masalah lain yang juga sering muncul di Honda brio adalah suara grek grek pada mesin mobil atau mesin nglitik.
Suara ini biasanya berasal dari bagian sisi kiri kap mesin mobil, dan salah satu pemicu adalah penggunaan bahan bakar yang kurang tepat.
5. Tidak ada colokan charger
Pada Honda Brio kamu tidak bisa menemukan port khusus untuk charger hp, khususnya pada kursi baris kedua.
Meski beberapa mobil LCGC lain juga punya masalah yang sama, namun ini bisa jadi cukup mengganggu kenyamanan. Akan tetapi fitur port charger ini tidak terlalu dipusingkan oleh sebagian pengguna.
6. Boros bahan bakar
Honda Brio terdiri atas dua pilihan kapasitas mesin yaitu 1.200 cc dan 1.300 cc atau yang lebih sering dikenal dengan Brio CBU.
Brio CBU ini hanya bisa mencatat angka irit pada 10 km/liter dalam kondisi stop and go serta 14 km/liter dalam kondisi lancar. Konsumsi bahan bakar ini bisa dibilang cukup boros tentunya.
Salah satu penyebab mengapa Brio CBU ini lebih boros adalah karena penggunaan kubikasi yang juga lebih besar.
Jangan sampai biaya perbaikan mobil kesayanganmu justru membebani pengeluaran. Manfaatkan asuransi mobil all risk untuk mendapatkan jaminan ganti rugi atas biaya perbaikan mobil secara menyeluruh di bengkel terbaik.
7. Tidak dilengkapi kamera untuk mundur
Masalah ini secara khusus ditemukan pada Honda Brio generasi pertama, di mana mobil tersebut belum dibekali dengan kamera mundur dan juga sensor parkir.
Hal ini tentu saja cukup menyulitkan, karena umumnya kebanyakan mobil dilengkapi dengan kedua fitur tersebut guna mempermuda penggunaan sehari-hari khususnya ketika akan parkir.
8. Lampu yang kurang terang
Lampu mobil depan Honda Brio khususnya generasi pertama memang kurang terang dan tersebar, sehingga kurang fokus.
Hal ini tentu membuat sensasi kurang nyaman ketika mobil digunakan untuk berkendara pada malam hari. Selain itu dengan penerangan yang kurang maksimal tentu akan membuat pengendara harus lebih berhati-hati.
Solusi masalah Honda Brio, apa saja?
Untuk beberapa masalah yang sering terjadi pada Honda Brio di atas sebetulnya ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasinya yaitu:
1. Penggantian bushing arm atau karet support
Jika Honda Brio mengalami masalah pada bushing arm atau karet support, maka untuk mengatasinya kamu bisa mengganti kedua komponen tersebut.
Penggantian bushing arm dan karet support dapat dilakukan di bengkel manapun. Umumnya dibutuhkan biaya sekitar Rp 400 ribuan sudah termasuk jasa.
2. Kencangkan baut dudukan
Untuk mengatasi masalah kabin yang berisik karena adanya celah antara panel, kamu bisa mengatasinya dengan membawa mobil kamu ke bengkel resmi.
Masalah ini bisa diatasi dengan cara mengencangkan baut-baut dudukan yang dirasa kurang kencang.
Khusus untuk Honda Brio generasi kedua dan facelift, masalah pada pilar A tak perlu dikhawatirkan lagi sebab sudah diatasi dengan baik oleh pabrikan.
3. Upgrade peredam kabin
Jika kamu merasa terganggu dengan suara berisik dari luar mobil, maka solusi terbaik saat ini adalah dengan melakukan upgrade peredam kabin.
Kamu bisa menambahkan atau mengganti peredam kabin dengan yang lebih tebal dan lebih bagus. Kamu bisa membeli produk peredam aftermarket, terutama untuk peredam pada bagian celah pintu, body dan juga karet pintu.
4. Ganti bahan bakar yang sesuai
Tahukah kamu bahwa mesin Honda brio didesain untuk penggunaan bahan bakar dengan angka oktan 92. Apabila menggunakan bahan bakar dengan angka oktan kurang dari 92 maka bisa menyebabkan bunyi pada mesin atau mesin ngelitik.
Solusi terbaiknya adalah dengan mengganti bahan bakar kamu ke bahan bakar dengan oktan minimal 92, yaitu Pertamax. Jadi, sebaiknya hindari penggunaan Pertalite ya!
5. Lakukan eco driving dan service rutin
Untuk mengatasi masalah bahan bakar yang boros, hal yang bisa kamu lakukan adalah dengan rutin melakukan servis secara berkala untuk menjaga kondisi komponen mesin tetap baik.
Selain itu, kamu juga bisa menerapkan eco driving, yaitu berkendara secara konstan pada kecepatan 60 – 80 km/jam atau tidak lebih dari 3.000 rpm.
6. Lakukan modifikasi
Untuk kamu yang menginginkan fitur kamera mundur atau sensor parkir untuk Honda Brio generasi pertama, maka hal yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan modifikasi.
Kamu bisa membeli head unit aftermarket yang sudah mendukung fitur kamera mundur untuk mempermudah parkir khususnya ketika berada di area yang cukup sempit.
7. Ganti lampu mobil
Untuk mengatasi masalah lampu utama yang kurang terang, kamu bisa mengganti lampu bawaan mobil dengan lampu aftermarket salah satunya Osram Night Breaker Plus H4.
Kamu juga bisa melakukan modifikasi menggunakan lampu HID serta proyektor agar lebih terang.
Pentingnya memiliki asuransi mobil
Sering kali ada resiko tidak terduga yang menyebabkan adanya kerugian cukup besar pada mobil, misalnya saja kecelakaan saat berkendara.
Jika kerusakan mobil cukup parah maka tentunya kamu juga harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit. Belum lagi jika harus melakukan pengobatan, tentu akan menjadi beban finansial yang cukup berat.
Untuk menghindari adanya resiko kerugian besar pada mobil di masa yang akan datang, kamu bisa lho melindungi mobil kamu dengan asuransi kendaraan atau asuransi mobil.
Ada dua jenis asuransi mobil yang umum digunakan, yaitu asuransi TLO dan All Risk. Lalu apa beda keduanya?
Asuransi all risk secara umum dapat menanggung segala jenis kerugian dari yang kecil hingga yang besar sekalipun.
Jika kamu mengalami risiko maka semua kerugian yang kamu alami bisa ditanggung oleh perusahaan asuransi. Tentu dengan catatan penyebab risiko sesuai dengan yang tercantum dalam polis dan tidak masuk dalam kategori pengecualian.
Sedangkan asuransi TLO biasanya memberikan pertanggungan ketika mobil hilang atau mengalami kerusakan lebih dari 75% dari nilai mobil tersebut.
Pastikan kamu memilih asuransi mobil yang sesuai dengan kebutuhan dan dengan mempertimbangkan finansial kamu, ya!
Cek kuis asuransi mobil terbaik untuk mengetahui asuransi mobil yang cocok buatmu.
Tips dari Lifepal! Bisa dibilang mobil Honda Brio adalah mobil favorit banyak orang karena modelnya yang compact dan cocok digunakan untuk aktivitas sehari-hari di kota.
Namun, sebelum membeli kamu sebaiknya mengetahui masalah apa yang sering terjadi pada mobil Brio seperti pemaparan di atas, ya. Hal ini dilakukan agar kamu bisa merawat mobil Honda Brio dengan baik sehingga fungsinya tetap normal.
FAQ seputar masalah yang sering terjadi pada Honda Brio
Apa saja masalah yang sering terjadi pada Honda Brio?
Beberapa masalah yang kerap ditemui pada Honda Brio diantaranya:
- Masalah pada kaki-kaki mobil
- Kabin yang berisik
- Peredam yang kurang maksimal, sehingga menyebabkan suara dari luar dapat terdengar di kabin
- Lampu utama yang kurang terang, khususnya pada generasi pertama
- Tidak ada kamera mundur dan sensor parkir, khususnya pada generasi pertama
- Bahan bakar yang cenderung boros
- Adanya bunyi mesin mobil
- Tidak ada colokan charger pada baris kedua
Solusi terbaik mengatasi masalah Honda Brio?
Beberapa solusi untuk mengatasi masalah pada Honda Brio di antaranya:
- Segera mengganti bushing arm dan karet support pada kaki-kaki mobil
- Mengganti atau memodifikasi lampu utama mobil
- Upgrade peredam kabin
- Mengencangkan baut pada kabin di bengkel resmi
- Modifikasi pada head unit yang support terhadap kamera mundur dan sensor parkir
- Rutin melakukan service dan juga menerapkan eco driving
Berapa biaya ganti bushing arm dan karet support Honda Brio?
Penggantian bushing arm dan karet support dapat dilakukan di bengkel manapun. Umumnya dibutuhkan biaya sekitar Rp 400 ribuan sudah termasuk jasa.
Agar tabunganmu tidak terkuras habis untuk perbaikan mobil, sebaiknya kamu memiliki asuransi mobil, ya. Kamu bisa beli asuransi mobil di Lifepal dan dapatkan potongan hingga 25%!
Walaupun populasinya sudah sangat banyak, namun ada beberapa masalah Honda Brio yang dialami pemiliknya. Masalahnya memang tidak mendasar, tapi bakal mengganggu
Honda Brio termasuk city car yang cukup populer di Indonesia. Bodi yang ringkas, mesin yang cukup bertenaga, lincah dikendarai, adalah tiga hal yang membuat mobil ini digemari. Apalagi harga jualnya baik dalam kondisi baru maupun bekas cukup terjangkau. Tak heran Brio selalu jadi salah satu penyumbang mobil Honda yang terlaris di Indonesia.
>>> Mobil Bekas LCGC: Toyota Agya vs Honda Brio Satya
Di Tanah Air, Brio dihadirkan Honda pertama kali pada 2012. Kemudian setahun berikutnya Honda mulai memproduksi Brio di dalam negeri sekaligus memperkenalkan Honda Brio Satya. Model ini masuk dalam program Low Cost Green Car (LCGC) dari pemerintah saat itu. Kini Brio sudah masuk pada generasi yang kedua.
Saat pertama kali hadir, Brio hanya ditawarkan dalam dua varian, yaitu yang bertransmisi manual dan otomatis CVT. Kemudian Honda Indonesia menambahkan Brio Satya dalam satu keluarga besar Brio. Lalu di 2016, Honda munculkan juga Brio tipe E CVT dan Brio RS sebagai varian tertinggi. Dan saat ini Honda Brio hadir dengan tipe Satya, tipe E, tipe E CVT, tipe RS, dan tipe RS CVT.
Walau populasinya sudah amat banyak, namun ternyata ada beberapa masalah Honda Brio yang beberapa kali ditemui para pemiliknya. Apa saja hal itu?
1. Suara di Dasboard
Bunyi bersumber dari bagian dashbaord mobil ini yang kurang rapat
>>> Promo mobil baru Honda cek disini
Ada beberapa pemilik Brio yang mengeluhkan munculnya suara dari dashboard mobil ini. Suara itu muncul akibat adanya bagian dashboard mobil dan panel pintu yang kurang tertutup rapat sehingga ada celah kecil. Celah inilah yang akan menimbulkan bunyi ketika mobil melaju, terutama saat melewati kondisi jalan rusak. Bunyi ini biasanya muncul pada Brio Satya produksi awal.
2. Kabin Kurang Senyap
Tambah peredam biar kabin makin senyap
Masalah Honda Brio lainnya yang sering dikeluhkan adalah suara mesin dan gesekan ban dengan jalan masuk ke dalam kabin. Kabin tidak sesenyap mobil Honda lainnya seperti Jazz. Jika demikian, maka solusinya adalah menambahkan peredam aftermarket pada bagian panel pintu. Dan jangan lupa tambahkan juga karpet lantai yang cukup tebal agar suara ban bisa tereduksi.
>>> Pilihan mobil bekas Honda terlengkap ada disini
3. Mesin Boros BBM
Gunakan oli dan bahan bakar sesuai saran pabrikan dan lakukan servis berkala
Walau dimensinya kecil dan tenaganya terbesar di kelasnya, ternyata ada beberapa pemilik Brio yang beranggapan mobilnya tidak hemat bahan bakar. Hal itu mungkin terjadi karena mobil tidak dirawat dengan benar. Terlebih lagi untuk Brio produksi awal yang masih menggunakan mesin berkapasitas 1.300 cc. Solusinya, lakukan penyetelah klep mesin ketika odometer sudah mencapai angka cukup tinggi. Gunakan bahan bakar dan oli yang disarankan pabrikan. Lalu berkendaralah secara konstan.
>>> Tips dan trik lainnya ada disini
– Advertisement –
Ini dia 10 kerusakan kaki-kaki mobil dimana sektor kaki-kaki memang jadi wilayah dimana beragam komponen yang berbanderol tinggi berada. Apalagi porsi keberadaan antara perangkat yang fast moving dengan slow moving nyaris sama. Memang, beberapa perangkat bisa ditakar rentang masa pakai atau kerusakannya, namun tak ada salahnya kalau kita juga wajib mengadakan pengecekan kaki-kaki mobil secara berkala.
Apalagi kinerjanya yang sangat berpengaruh pada kestabilan pengendalian, akan jadi sangat vital untuk sebuah mobil. Jadi bagi yang suka berkendara dan modifikasi kaki-kaki, setidaknya mampu mendeteksi jika terjadi sesuatu hal yang tak beres. Hanya saja, harus sabar dan telaten untuk menilai. Karena dari banyaknya komponen kaki-kaki, gejala kerusakan yang akan langsung terasa tergolong sedikit dan tidak selalu spesifik.
Berikut 10 kerusakan kaki-kaki mobil dan cara mendeteksinya:
Ball Joint
Ketika ball joint sudah apkir, maka gejala awal yang paling terasa adalah saat melibas jalan keriting atau bergelombang kasar. Sebab, akan menimbulkan bunyi kletek-kletek, dan roda pun terasa bergoyang. Otomatis getaran itu pun akan merambat sampai ke lingkar setir. Untuk memastikan pengecekan, lebih klop bila diikuti pengamatan terhadap permukaan ban.
Sebab kalau ball joint sudah kena, camber pasti juga akan berubah. Bisa dilihat dari kondisi ban yang kemakan sebelah. Untuk memastikannya, coba dongkrak mobil sampai roda dapat berputar dengan bebas. Kemudian letakkan kedua tangan di posisi atas dan bawah roda, dan mulai gerakkan dengan cara menarik dan mendorongnya. Kalau terasa sudah oblak, berarti prediksi kerusakan ball joint benar adanya. Solusinya, segera ganti dengan yang baru.
Tie Rod
Tie rod terdiri atas long tie rod dan tie rod end. Pada mobil dengan sistem kemudi rack and pinion, paling sering rusak adalah tie rod end-nya. Tugas peranti ini adalah mengikat roda, untuk membimbingnya belok kiri atau kanan. Bila tie rod end sudah oblak, maka tak bakal mampu memegang roda secara sempurna.
Akibatnya, arah roda (toe in/toe out) bakal berubah. Efeknya, mobil pun terasa melayang bahkan pada jalan mulus sekalipun. Tapi bila hanya sebelah yang rusak, arah mobil bisa lari ke kiri-kanan. Tak hanya itu, saat terkena lubang jalan yang meskipun tidak seberapa besar, setir terasa liar.
Untuk mendeteksinya lebih lanjut, maka sama halnya ketika memeriksa kondisi ball joint. Yaitu dongkrak kedua atau salah satu roda depan di jalan rata, dan pastikan roda mampu berputar bebas atau tak menyentuh permukaan jalan. Gerakkan roda dengan cara memegang sisi kanan dan kiri ban memakai tangan. Goyang-goyangkan agak kuat ke depan dan belakang, lalu cermati gejala yang muncul. Saat tie rod atau long tie rod rusak, akan muncul gejala roda yang oblak. Bahkan jika sudah parah akan disertai bunyi klotok-klotok. Maka tak ada jalan lain, selain menggantinya.
Bearing
Bunyi yang ditimbulkan bearing jika sudah aus, relatif berbeda dengan komponen lain pada kaki-kaki mobil. Jika yang lain menunjukkan gejala lewat suara keras yang mengganggu, maka untuk bearing akan terdengar mendengung. Atau pada kecepatan rendah akan terdengar seperti bunyi logam tergerus. Hanya, hati-hati membedakannya dengan bunyi ban. Sebab beberapa kembang ban pun bisa menimbulkan bunyi.
Tapi supaya lebih yakin, silakan belokkan roda ketika mobil berjalan. Perhatikan, kalau suara hilang ketika mobil dibelokkan ke kiri, berarti bearing roda kiri sudah jelek. Sedangkan yang kanan masih bagus. Begitu juga sebaliknya. Intinya, saat dibelokkan ke kiri, roda kanan dapat beban lebih dan beban roda kiri berkurang. Dan karena beban kiri berkurang, maka bunyi pada laher ini pun hilang. Sedangkan bearing kanan masih bagus, soalnya tidak bunyi meski dapat beban lebih.
Sebaiknya bearing diganti bersamaan, walau rusaknya cuma di satu roda.
Bushing
Dalam konstruksi pendukung kaki-kaki mobil, ada beberapa komponen yang memakai bushing. Seperti stabilizer dan swing arm atau lengan ayun. Kalau bushing stabilizer yang sudah jebol, paling hanya membuat bunyi-bunyian atau terasa limbung saat melahap tikungan. Tapi ketika bushing arm rusak, hal ini bisa menyebabkan mobil terasa melayang, mirip dengan gejala pada ball joint, selain adanya bunyi-bunyian yang serupa.
Karena itu, akibatnya akan membuat camber roda bakal sulit disetel menuju kondisi ideal. Lantas bagaimana membedakannya? Hanya ada satu cara, yaitu lagi-lagi dongkrak roda, pegang tapi kali ini goyangkan lengan ayun. Kemudian rasakan pada bagian lengan ayun mana yang bergerak. Pastikan gerakan tersebut terasa lebih pada ball joint atau di bushing-nya, sehingga bisa segera mengambil tindakan lebih lanjut.
Sokbreker
Untuk memahami gejala sokbreker yang sudah tak baik lagi kondisinya, cukup mudah dilakukan. Tekan/genjot ujung kap mesin atau bagasi memakai tangan beberapa kali, dan kemudian lepaskan. Penanda sokbreker yang baik, akan memberikan ayunan bodi yang terjadi sekali saja. Sebaliknya, jika ayunan bodi terjadi berkali-kali, besar kemungkinan sokbreker sudah rusak.
Tapi bila masih belum yakin, coba perhatikan tapak ban. Sokbreker apkir bakal menyebabkan permukaan tapak ban terkikis tidak merata, alias bergelombang searah putaran roda. Selain itu, jika jenis sokbreker-nya berisi oli, maka kerusakan bisa juga dideteksi dengan rembesan oli yang keluar dari sokbreker.
Cara memeriksanya dengan mendongkrak mobil dan melihat kondisi tabung sokbreker. Di saat yang sama, periksa pula bushing sokbreker atau yang lebih sering disebut stopper. Pada usia pemakaian yang tinggi, maka akan membuatnya getas dan kemudian pecah. Ganti bila menemui bushing yang pecan atau sudah berubah bentuk.
Jangan tunggu kerusakan sokbreker terlampau parah. Tak hanya faktor kenyamanan yang dikorbankan, risiko celaka juga mengintai. Pastinya saat sokbreker rusak, kerja per jadi lebih berat untuk meredam guncangan dari permukaan jalan, Bukan tak mungkin per bisa patah di kondisi yang cukup ekstrem. Pengendalian arah mobil pun jadi sulit dikontrol.
Per
Tak seperti komponen kaki-kaki lainnya, per termasuk yang jarang bemasalah. Tapi bukan berarti lantas menyepelekan perangkat ini. Sebab kalau rusak gejalanya susah dideteksi. Kerusakan paling parah, ulir per keong dan per daun bisa patah.
Melihat faktor penyebabnya, ada beberapa kerusakan yang dikhawatirkan akan sering terjadi. Terutama di konstruksi per daun. Yang paling mudah dideteksi, dari terkikis atau pecahnya bushing atau bantal per. Hal ini ditandai dari bunyi-bunyian yang berderit, akibat bersentuhannya bilah-bilah per satu dan lainnya. Kalau ini dibiarkan akan membuat efek menggerus antar bilah dan membuat per daun patah. Karena itu segera ganti dengan yang baru.
Untuk per keong, biasanya masalah malah ditimbulkan oleh aplikasi selang yang dililitkan ke spiral per, yang ditujukan mencegah bersentuhan langsung dengan tatakannya. Harus sering-sering dibersihkan, terutama sehabis hujan dan mencuci kolong. Jangan sampai air berkumpul di selang, karena berpotensi membuat besi per berkarat dan bisa cepet patah.
Ban
Kondisi permukaan ban yang aus, bisa terdeteksi dengan melihatnya secara langsung. Jangan di salah satu sisi telapak saja, namun periksa secara menyeluruh termasuk telapak bagian dalam. Jika keausan tidak merata atau melebihi batas toleransi, sebaiknya ganti ban dengan yang baru.
Batas toleransi keausan ban ini, sudah ditetapkan oleh produsennya via sebuah tanda segitiga di dinding ban. Tanda ini disebut TWI (Tread Wear Indicator), yang untuk memeriksa keausan ban. Yang mana bila kembang ban sudah sama tingginya dengan indikator TWI, maka ban tersebut sudah dianggap apkir.
Selain itu, agar pengendalian mobil tetap terjaga dan presisi, maka tekanan angin juga wajib di jaga. Malah, hal ini akan pula memberikan efek baik terhadap konsumsi bensin normal, dan paling penting traksi ke permukaan jalan tetap terjaga. Cek memakai alat pengukur tekanan dengan cara mencolokkan di pentil. Umumnya, tekanan ideal ban sekitar 30-32 psi pada kondisi ban dingin.
Velg
Untuk mendeteksi kerusakan, sama halnya ketika harus memeriksa ban. Cukup memperhatikan kondisi fisiknya. Terutama perhatikan kerusakan di bibir velg seperti luka-luka, penyok atau retak. Kalau ini terjadi lekas perbaiki. Untuk velg peyang, bisa juga dideteksi ketika dalam kondisi jalan. Indikatornya, kalau pas jalan velg goyang kemungkinan velg peyang di satu bagiannya.
Karena itu, sebaiknya dihindari. Sebab goyangan saat velg bengkok (peyang) saat berputar, akan membuat kendali mobil liar dan bahkan rentan membuat pelek pecah. Periksa dengan teliti bibir pelek dari kemungkinan bengkok, karena umumnya kerusakan pelek berada pada bagian ini. Hindari melibas permukaan jalan berlubang dengan kecepatan tinggi agar kondisi veleg dan ban tetap terjaga.
Tapi jika sudah terlajur rusak, maka jangan langsung membuang velg tersebut. Sebab terkini banyak gerai-gerai yang bisa me-repair velg-velg rusak itu, Bahkan yang sudah terbelah pun masih bisa perbaiki.
Spooring
Setelan sudut keselarasan roda dengan permukaan jalan atau kerap disebut spooring bisa saja berubah. Kondisi ini akibat keausan ban, atau benturan permukaan jalan. Untuk memeriksa setelan spooring, bisa dilakukan saat mobil melaju di permukaan jalan mulus yang lurus.
Caranya, tempatkan posisi setir lurus, dan jalankan mobil di kecepatan sedang sekitar 40-60 km/jam. Lantas cermati arah laju mobil. Jika melenceng/menarik ke sisi kiri atau kanan, setelan spooring sudah berubah dan wajib diperiksa ulang.
Spooring ulang hanya mampu menghasilkan setelan maksimal jika kondisi semua komponen kaki-kaki masih baik. Jika ada salah satu komponen saja yang rusak, maka spooring percuma saja dilakukan.
Rem
Untuk mendeteksi kerusakan pada sistem rem pada kaki-kaki mobil ada beberapa hal yang mesti diperhatikan; Pertama, saat mobil berhenti, tekan secara teratur pedal rem. Jika terasa sedikit membal, mungkin ada sedikit udara dalam saluran rem. Tinggal membuang udara palsu ini, dengan cara menekan secara berulang pedal rem beberapa saat, dan membuka nipple minyak rem di masing-masing kaliper, sementara pedal ditahan dengan kencang.
Cara kedua, jalankan mobil perlahan kira-kira 40-60 km/jam, terus injak rem. Rasakan berapa banyak usaha yang dilakukan untuk menghentikan mobil. Kalau kaki sampai menginjak pedal terlalu dalam dari setelan normal, kemungkinan booster rem rusak. Kalau terjadi perbedaan tekanan antara injakan pertama dan kedua (tekanan injakan kedua lebih tinggi), mungkin minyak rem dalam sistem kurang. Kalau pas pedal rem diinjak dan mobil lari ke satu sisi (kanan atau kiri), kemungkinan kaliper macet (rem depan cakram) atau setelan rem kanan-kiri tidak sama (teromol).
Nah, itulah ulasan soal 10 kerusakan kaki-kaki mobil yang wajib jadi perhatian kalian yang sehari-hari berkegiatan dengan mobil. Semoga bermanfaat.
– Advertisement –